WbW – Wisata By Web
HINAMATSURI
Festival boneka terbesar di Jepang ini siap menyapa anda dengan beragam kemeriahan yang tiada duanya
Wisata By Web edisi Bulan Januari 2009 kita ke negeri matahari terbit atau Jepang. Masa tiga bulan pertama di awal tahun merupakan momen penuh hiburan yang sarat dengan beragam festival meriah. Anda tidak akan merasa rugi menghabiskan waktu liburan Tahun Baru di Jepang sambil menikmati suasana fertive yang terus bergulir sejak akhir bulan Desember hingga Maret. Salah satu festival unik yang dapat membuat liburan Anda lebih semarak dan meriah adalah Hinamatsur.
Setiap tanggal 3 Maret, seluruh anak perempuan di Jepang ikut ambil bagian dalam sebuah festival boneka yang dinamakan Hinamatsuri (Girls”Day). Perayaan spesial ini telah menjadi tradisi masyarakat negri Sakura sejak Preode Edo (1603 – 1868). Konon, acara ini di tujukan untuk mengusir roh jahat dengan menggunakan alat penangkal berupa boneka. Menurut kepercayaan yang di anut oleh masyarakat Jepang jaman dahulu, boneka-boneka memiliki kekuatan magis yang mampu ”mengunci” roh jahat di dalam tubuh mereka sehingga tak dapat menggangu sang pemilik boneka. Di festival Hinamatsuri ini, setiap anak perempuan sibuk memasang koleksi boneka peninggalan nenek moyang guna menangkal para roh jahat yang di percaya dapat mengganggu hidup mereka. Selain itu, mereka juga memajang rangkaian bunga peach yang indah sebagai dekorasi di sebelah deretan boneka. Maka tak heran jika perayaan ini memiliki julukan lain, yakni festival of peach blossoms.
Pada awalnya, festival Hanamatsuri ini dinamakan Hinanagashi, yakni perayaan pelepasan sejumlah boneka kertas yang telah berisi roh jahat dengan perahu buatan kesungai. Kini, boneka-boneka yang tak lagi terbuat dari kertas itu dipajang dalam posisi berjejer dan di letakkan di meja bertingkat atau platform yang telah dilapisi kain berwarna merah. Tingkatan pada meja tersebut di buat untuk memisahkan letak boneka kaisar, Permaisuri, para dayang serta musisi yang telah ”dibalut” dalam kostum tradisional.
Di tingkat paling atas, biasanya diletakkan sepasang boneka Kaisar dan Permaisuri yang mengenakan kostum kekaisaran dengan detil yang sangat anggun. Boneka Kaisar tersebut dijuluki O-Hina-Sama. Dua buah ruamah miniatur yang melambangkan wujud istana kekaisaran turut disediakan untuk masing-masing boneka ini.
Selanjutnya, tiga buah boneka yang dijuluki San-nin kanjo diletakkan pada tingkat kedua meja. boneka-boneka tersebut melambangkan para dayang yang melayani sang Kaisar dan Permaisuri. Misalnya, salah satu boneka memegang botol sake milik tuannya sementara kedua boneka yang lain sedang melakukan aktivitas berbeda untuk melayani sang Kaisar dan Permaisuri. Kemudian, di platform urutan ketiga, terdapat lima buah boneka pria yang masing-masing memegang sebuah alat musik. Boneka-boneka tersebut merupakan kumpulan musisi yang bertugas untuk menghibur sang Kaisar dan Permaisuri.
Pada bagian platform keempat, kelima dan keenam, beraneka ragam benda miniatur seperti funitur, alat perkakas, serta kereta kuda nampak terpajang dengan rapi. Dua buah boneka pendeta Budha juagakerap diletakkan di platform keempat. Mereka semua belambangkan situasi kehidupan sehari-hari yang berlangsung pada jaman dahulu.
Acara pemajangan koleksi boneka ini menyimpan sebuah mitos. Kabarnya, jika para anggota keluarga dari anak perempuan lupa membereskan koleksi pajangan boneka sebelum tanggal 4 Maret malam, maka anak perempuan tidak akan bisa menikah sampai perayaan Hinamatsuri ditahun berikutnya diadakan.
Menu hidangan yang disajikan pada hari perayaan ini juga sangat menarik. Sebagai minuman wajib, setiap keluarga menyajkan amazake, yaitu versi minuman sake manis yang merupakan hasil fermentasi beras dan tidak mengandung alkohol. Camilan wajib yang disuguhkan untuk para tamu adalah arare, yakni sejenis keu cracker berwaran-warni denga rasa saus kecap manis yang gurih.
Festival Hinamatsuri ini memilili bnyak penggemar setiap tahunnya selain karena kelezatan makanan yang disajikan, juga karena kepercayaan masyarakat Jepang akan para roh jahat yang dapat ”dikunci” di dalam tubuh boneka-boneka kertas mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar